Dalam bukunya yang berjudul 'setengah isi, setengah kosong, parlindungan (ah...nama belakangnya lupa aku) menceritakan sebuah kisah tentang dua tipe manusia. Tipe yang pertama ialah manusia adventurer, yaitu manusia yang berani berjuang dan tidak mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan, tipe yang kedua adalah tipe oportunis yang dalam segala situasi selalu mementingkan dirinya sendiri dan tidak peduli jika untuk itu ia harus merugikan orang lain.
Setelah aku pikir-pikir, aku berkesimpulan ternyata banyak manusia yang bertipe oportunis adalah mereka yang jadi politisi di Indonesia. Salah satu contohnya adalah pembuatan "Iklan Layanan Masyarakat" yang diputar berkali-kali di berbagai stasiun televisi nasional. Ada iklan yang dibintangi Syaifullah Yusuf dan Adji Mas Said; dua orang pejabat yang konon akan mencalonkan diri sebagai gubernur dan wakil gubernur jawa timur. Terus ada iklan anti-narkobanya Fauzi Bowo, saat ini menjabat sebagai deputinya Bang Yos, yang konon akan maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta di pilkada 2007 nanti. KPPU juga tidak mau kalah, heboh wara-wiri di berbagai stasiun tivi dengan bintang iklannya Faisal Basri, salah satu pejabat KPPU, yang kabarnya juga akan mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta. Wakapolri sekarang, Adang Dorodjatun, yang konon sudah dipinang oleh Partai Keadilan Sejahtera untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta, juga ikut meramaikan sirkus Iklan Layanan Masyarakat ini.
Untuk membuat iklan-iklan itu kan pakai duit. Untuk menayangkannya di tivi juga pakai duit. Pertanyaannya, duit siapa? Duit mereka? Kok aku enggak yakin ya itu duit mereka. Soalnya iklan-iklan itu 'resmi', karena ada logo lembaga-lembaga tempat mereka menjabat. Misalnya, di iklannya Saifullah Yusuf, ada logo Kementerian Daerah Tertinggal. Iklannya Fauzi Bowo, ada logo BNN DKI Jakarta. Iklannya Faisal Basri, ada logo KPPU. Aduh please deh bro....emang kita se-naif itu apa. Emang kalian harap kita akan ngeliat iklan itu dan beranggapan bahwa iklan itu enggak terkait dengan pilkada? Enggak mungkin lah yaw kita se-naif itu. Kalian adalah para politisi yang ingin populer kan? Kalian berharap nanti bisa menang pilkada kan? Ayolah jujur saja.
Aku tidak hendak memperkarakan bapak-bapak sekalian di hadapan mahkamah yustisi. Tapi aku hendak memperkarakannya di hadapan mahkamah moral dan hati nurani. Coba bapak-bapak renungkan secara sungguh-sungguh, apa pantas duit rakyat digunakan untuk kampanye bapak-bapak sekalian? Apa pantas pak? Kalau bapak-bapak ingin menjabat karena ingin memperbaiki kehidupan rakyat, lalu mengapa dalam proses menuju kesana, bapak-bapak malah tega membodohi rakyat? Mengapa bapak-bapak malah mengambil hak rakyat?
Sudahlah, aku mohon hentikan pak. Bapak bukan tontonan kami. Bapak adalah tuntunan kami. Jadi bertindaklah yang benar pak. Bawa kami, rakyat mu, ke arah yang benar. Tuntun kami pak. Jadilah seorang pejuang kebenaran pak. Jangan jadi oportunis yang memalukan.