Sunday, January 14, 2007

Sesungguhnya Saddam Bahagia atau Menderita?

sebagai manusia, kita semua tentu sadar betul bahwa mati adalah kepastian yang tinggal menunggu waktu saja. tidak ada satu pun orang yang tau kapan, dimana, dan bagaimana dia akan mati. kita hanya bisa berharap kita mati dalam keadaan yang sebaik-baiknya.

pertanyaannya, bagaimana mati dalam keadaan yang sebaik-baiknya?

aku meyakini, bahwa kematian yang paling baik dan yang paling aku inginkan adalah kematian yang datang sesaat setelah aku melafalkan syahadat.

dengan keyakinan seperti itu, aku kini jadi suka bertanya-tanya sesungguhnya Saddam Husein itu mati dengan bahagia atau tidak ya? sebab, dari laporan yang dilansir beberapa media massa, dikatakan bahwa sebelum tali gantungan ditarik, Saddam masih sempat mengucapkan syahadat (walaupun hanya sebagian kalimatnya saja).

aku jadi bertanya demikian, karena aku meyakini bahwa apapun yang kita lakukan hanya dapat terjadi karena izin dari Alloh. sesaat sebelum tali gantungan ditarik, banyak hal yang dapat dilakukan oleh Saddam. ia dapat saja histeris dan berteriak-teriak bak orang gila. jika ia sombong, bisa saja ia sesumbar untuk menunjukkan kesombongannya. ia juga bisa saja mengucapkan kata-kata patriotik. atau sebaliknya, ia bisa saja hanya diam seribu basa. tetapi, pada kenyataannya ia sanggup melafalkan syahadat. kawan, Saddam tak akan mampu lakukan itu jika Alloh tidak menghendakinya.

aku pernah lihat kerabat dekat ku sekarat. betapa kerasnya usaha kita untuk membuat dia melafalkan syahadat, ternyata tidak berhasil. padahal, dia tidak pernah disidangkan di muka pengadilan karena kasus pembunuhan, seperti yang terjadi pada Saddam. secara umum malah dapat dikatakan bahwa dia orang baik. tetapi kenapa Alloh tidak mengizinkannya mengucap syahadat?

walahuallambissawab

intinya, mari kita berdoa bersama, semoga syahadat sempat terucap dari mulut kita sesaat sebelum kematian menjemput.