Friday, September 23, 2005

Menahan Amarah

seorang laki-laki yang berdinas di TNI Angkatan Laut dengan pangkat Kolonel dan menjabat sebagai guru militer utama di Komando Pendidikan TNI AL, telah membunuh 2 orang manusia di dalam sebuah ruang Pengadilan Agama di Sidoarjo pada hari rabu, 21 September 2005 yang lalu.

satu hikmah yang bisa ku ambil dari peristiwa itu. bahwa kemampuan kita menahan amarah pasti akan menyelamatkan kita dari perbuatan keji.

bapak kolonel itu pasti tidak mampu menahan amarahnya. kalau dia mampu. tentu dia tidak akan menggunakan sangkurnya untuk membunuh mantan istrinya dan hakim pengadilan tersebut.

darimana amarah muncul? banyak orang yang telah menguraikan panjang lebar jawaban atas pertanyaan tersebut. bahkan berbagai penelitian ilmiah dilakukan untuk menjawab pertanyaan singkat itu. tapi bagaimana menurutku?

bagiku amarah itu disebabkan kegagalan kita menyikapi keinginan kita yang tidak kesampean dan kita masih ingin memaksakan keinginan kita terpenuhi. masalahnya, kita seringkali tidak menyadari keinginan kita sendiri. akibatnya kita tidak pernah merasa bahwa tindakan kita merupakan pemaksaan kehendak. atau, kita menyadari keinginan kita, tetapi kita tidak peduli bahwa itu adalah keinginan yang buruk.

pada saat kita mengalami kegagalan tersebut, SETAN memprovokasi kita untuk membalas. dia memberikan solusi kepada kita berupa ajakan untuk menghancurkan siapa saja yang dianggap menjadi penyebab gagalnya keinginan kita. kemampuan menghancurkan itu kemudian berhubungan dengan keterampilan, kecerdasan, atau keberanian masing-masing orang. bagi seorang tentara yang sangat terlatih dalam penggunaan senjata, efek penggunaan keterampilan tersebut pada saat ia marah akan sangat fatal terhadap jiwa orang lain. bagi mereka yang tidak punya keberanian untuk melukai orang lain, maka mereka biasanya menghancurkan dirinya sendiri.

karena itu untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji, maka solusinya cuma satu. kita harus berusaha keras untuk menahan amarah, kapan dan dimanapun kita berada. aku sendiri sedang berusaha untuk melakukannya. masih jauh banget dari sempurna. aku masih sering marah-marah dan mengumpat dengan kata-kata kasar, terutama kepada supir-supir angkot. soalnya tindakan mereka memang suka menyebabalkan sih. tapi mudah-mudahan aku bisa berubah. semua berawal dari niat bukan?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home