Sunday, September 11, 2005

Retro

kita adalah gabungan antara yang kasat dan gaib. tapi kita seringkali hanya mampu mengenali bagian diri kita yang kasat. kita mampu mengenali berapa tangan dan kaki kita, serta jari yang ada disana. mampu mengenali berapa mata kita. mampu mengenal letak hidung, dagu, tengkuk, dengkul. tapi kita tidak mampu melihat otak kita sendiri. kita tidak mampu melihat jantung kita sendiri.

makhluk hidup kata orang artinya masih memiliki nyawa. tetapi dimanakah nyawa itu bersemayam? apa bentuknya?

manusia hidup kata orang artinya masih memiliki jiwa. tetapi dimanakah jiwa itu bersemayam? apa bentuknya? apa jiwa sama artinya dengan nyawa? jika sama, berarti orang yang sakit jiwa adalah orang yang sakit nyawanya. jika tidak sama, lalu apakah jiwa itu. apa bedanya jiwa dengan kepribadian? apa bedanya jiwa dengan kesadaran?

ketika aku berpikir maka aku ada. begitu ujar seorang filosof. apa itu berpikir? kenapa eksistensi kita bergantung pada suatu hal?

ketika jin masuk ke dalam jasad dan mengambil alih kendali jasad, dimanakah peran jiwa? ketika seseorang yang mengalami depresi berat lalu mengalami split personality, yang manakah jiwanya? apakah fenomena-fenomena itu menunjukkan bahwa jiwa ada yang asli dan ada yang tidak asli? jika ya, seperti apakah jiwa yang asli itu.

tadi malam aku bertemu dengan seseorang melalui buku catatannya. tulisan-tulisan disana dibuat sekitar pertengahan 1997 sampai pertengahan 1998. isinya macam-macam, mulai dari lirik-lirik lagu, essay-essay ala demonstran, outline makalah untuk tugas kuliah, sampai curahan hati kepada perempuan. dia memaki sepuasnya disana. dia membanggakan beberapa orang sepuasnya disana. dia memotret situasi sepuasnya. dia berkarya! ya, itu kesimpulan ku. dia berkarya sepuasnya.

aku tau. dulu dia menganggap tulisan-tulisan itu naif, tidak berbobot, dan tidak pantas dipublikasi. aneh sekali. 8 tahun setelah ia tuliskan itu, aku melihat tulisan-tulisannya sangat berbeda sekali. aku melihatnya, dulu ia penuh semangat, penuh gairah, dan hidup. hampir semua tulisannya bicara tentang nasib rakyat. hampir semua tulisannya membela rakyat. dia...dia...berbeda sekali dengan yang aku kenal sekarang.

aku tau. 8 tahun bukanlah waktu yang pendek. pasti banyak pengalaman baru yang dia alami. tapi kenapa dia berubah sekali? dia yang ku kenal sekarang tak lagi mampu menulis puisi. dia tak mampu lagi menggubah lagu. dia tak lagi memproduksi essay-essay yang menyuarakan kegetiran hidup rakyat kecil. dia tak lagi memaki para mahasiswa yang tidak mau terlibat dalam perjuangan membela rakyat. dia berubah sekali.

dia kini hanya seorang karyawan yang setiap hari menjalani hidupnya pergi pagi pulang malam tanpa makna. jabatan memang dimilikinya, tapi tidak kesuksesan. dia bahkan tidak tau apa yang menjadi keahliannya. dulu dia mengabdi untuk kebebasan dirinya, tapi dia masih menyisakan waktu untuk memikirkan rakyat. masih menyisakan waktu untuk memikirkan perjuangan. tapi sekarang. jangankan memikirkan rakyat, memikirkan dirinya pun dia tak lagi lakukan.

apakah dia masih layak disebut ada? bukankah dia tak berpikir lagi.

aku memang tidak berhak mengomentarinya. toh aku belum tentu lebih baik darinya. karena itu aku cukupkan saja cerita itu sampai disini. aku juga lelah sebenarnya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home